KASUS MARKUS TVONE, BUKTI LEMAHNYA PROFESIONALISME TV BERITA
Kasus markus palsu tvone seperti yang di lansir detiknews menjadi bukti bahwa tv berita lokal seringkali gagal menyuguhkan berita yang akurat. Kemampuan investigasi jurnalistik yang mendalam atas berita terkalahkan oleh komersialisme program. Kasus ini hanya satu dari sekian banyak inkonsistensi informasi yang seringakali terjadi dalam sebuah pemberitaan. Televisi yang hanya mengejar rating dari bertita faktual berlomba2 mengahadirkan berbagai wawancara yang akhirnya justru menjadi ajang mencari popularitas personal dan kurang mengedepankan pemberitaan yang proporsional
Kronologi kasus markus palsu tvone ini mencuat setelah wawancara presenter TVOne Indy Rahmawati dengan Andris Ronaldi, 18 Maret yang kemudian dilaporkan Mabes Polri ke dewan pers karena ternyata yang sanga nara sumebr markus palsu. dalam testimoni Andris Ronaldi yang disampaikan pada pemeriksaan Polri sesaat setelah ditangkap Andris mengungkapkan bahwa ada skenario dalam wawancara tersebut. Meskipun pihak TvOne taleh menyangkal adanya skenario tersebut bagi audience kesalahan pemilihan narasumber ini adalah sebuah kesalahan yang terlalu bodoh, bagaimana tidak, konsumen berita adalah kaum terdidik yang minimal punya atensi terhadap perkembangan politik pasti akan bertanya2 bagaimana validitas seorang narasumber tidak di verifikasi?
Kasus serupa markus palsu ini sebenernya sering terjadi terutama persoalan validitas data, pernah suatu ketika pada kasus markus pajak Gayus Tambunan ketika sebuah stasiun televisi menyampaikan data aset gayus dan gaji gayus tambunan, disebutkan disana gaji gayus cuman 8 juta, padahal baru saja ditampilkan hasil wawancara dengan dirjen pajak bahwa gaji PNS Gol IIIa sekitar 12 Juta. Dikalangan IT pernah timbul polemik bahkan sampai saat ini ketika seorang "ahli" dihadirkan untuk mengomentari sebuah foto tidak senonoh seorang artis yang kemudian "tokoh" tersebut memploklamirkan diri sebagai ahli telematika padahal dia tidak punya basis dan tidak dikenal sama sekali di masyarakat IT. "Kesalahan" ini menimbulkan banyak kejangalan statemen dari sang "ahli" yang terkenal dengan istilah metadata. Contoh ketika kasus binatang pemakan daging di ancol, di infotaniment dengan semanagat dia mengatakan "ini pasti bukan dari Indonesia" habis itu diberita pengelola ancol mengatakan bahwa binatang itu benar ada di Ancol, brarti ancol bukan Indonesia.
Entah bagaimana cara wartawan tv menentukan validitas berita dan narasumber, namun kesalahan2 fatal seperti kasus markus palsu ini membuat saya ragu untk bisa mempercayai tv berita, seolah kualitas berita sama saja seperti infotainment padahal peran televisi untuk mengubah opini publik sangat luar biasa, bagaimana jadinya jika ternyata sumber berita tidak valid? bagaimana pendapat pengungung blog peluang usaha? Kunjungi juga posting tentang contoh naskah pidato dan kata bijak cinta.
Tags: markus, kronologi kasus markus palsu tvone, kasus markus palsu tvone
pertamaxxxxxxx...berkunjung ke rumah master..mau nimba ilmu nih..salam kenal sob..mampir ya
BalasHapusWaduh makasih banget nih kunjunganya:) sama2 belajar bos
BalasHapus